Cerita fabel: Raja Burung Parkit(Aceh)

Cerita Fabel: Raja Burung Parkit (Aceh)

Burung-burung parkit itu terbang berarak. Mereka menuju hutan luas untuk mencari makanan. Tiba-tiba, mata mereka yang mungil secara bersamaan memandang biji-bijian yang tersebar di tanah yang cokelat, berada di antara rimbunan pohon besar. Tanpa diperintah, tubuh-tubuh kecil itu pun langsung melesat cepat menuju hamparan makanan itu.
Saat kaki parkit-parkit itu menyentuh tanah, tiba-tiba sebuah jaring raksasa terentang dan menyergap mereka. Parkit-parkit itu pun panik. Tubuh-tubuh kecil itu meronta-ronta dan berusaha meloloskan diri dari rangkaian jaring yang kuat itu."
"Sakit sekali Aku tidak bisa bernapas!” pekik seekor parkit yang panik karena terjepit di antara teman-temannya.
“Tolong… tolong!” teriak salah satu parkit.
“Hai…, kawan!? Di tempat seperti ini tidak ada yang bisa menolong kita. Jadi, jangan buang tenagamu sia-sia untuk berteriak-teriak. Saat ini yang dibutuhkan adalah siasat untuk meloloskan diri dari jaring-jaring ini,” kata parkit yang lain.
Raja Parkit yang juga ikut terjebak dan mendengar keluhan rakyatnya berusaha menenangkan.
“Jangan panik kalian semua! Kita sedang berada di dalam perangkap. Sebentar lagi, pemburu akan datang. Ia akan memilih burung-burung yang masih hidup. Burung yang mati akan dibuangnya. Karena itu, kita semua harus berpura-pura mati. Nanti, setelah aku beri aba-aba, saat itulah kita akan terbang bersama-sama.”
Memang, salah satu kelebihan yang dimiliki sebagian besar bangsa burung adalah mampu berpura-pura mati dengan cara menahan napas dalam waktu yang lama. Ini dilakukan untuk mengelabui musuh atau calon pemangsa. Jadi, tak berapa lama kemudian, tubuh parkit-parkit itu langsung berjatuhan ke tanah. Kaku, seakan-akan telah mati dalam waktu yang sudah lama.
Cerita Fabel Raja Burung Parkit

“Huh, sial benar hari ini! Semua burung yang masuk dalam perangkap telah mati,” kata si pemburu. ”Burung-burung yang mati seperti ini tidak mungkin laku dijual,” gerutunya.
Saat pemburu itu memperhatikan Raja Parkit, ia begitu tertarik dengan keindahan bulu-bulunya. Ia pun meletakkan sang raja dalam sangkar untuk diawetkan. Karena merasa dirinya sudah diletakkan di luar jaring bersama burung-burung yang lain, sang raja pun memberi aba-aba pada rakyatnya untuk segera terbang.
Burung-burung parkit yang terlihat kaku itu pun dengan sigap dan tangkas berubah segar dan terbang menuju awan. Namun, sang raja lupa kalau dirinya justru berada di dalam sangkar. Jadilah ia tertinggal sendiri di dalam sangkar.

Walaupun kaget dengan kejadian itu, si pemburu tampak sangat bahagia. Ternyata, burung yang dikaguminya masih hidup. Si pemburu sudah tidak peduli lagi dengan ratusan burung lain yang terbang.
Tanpa buang waktu, Raja Parkit diletakkan di sangkar yang indah dan dibawa ke pasar. Sepanjang hari, Raja Parkit bernyanyi untuk menghibur diri. Suaranya yang sangat indah membuat kagum mereka yang mendengarnya. Si pemburu pun memasang harga yang sangat tinggi jika ada yang ingin membeli burung itu.
Keindahan suara sang Raja Parkit akhirnya terdengar oleh raja. Sang raja tidak hanya jatuh cinta pada suaranya, tapi juga pada keindahan bulu-bulunya. Walaupun harga yang ditawarkan pemburu sangat tinggi, sang raja tetap ingin membeli burung itu. Raja Parkit pun dibawa ke istana dan ditempatkan dalam sangkar emas.
Meski diberi tempat dan makan yang enak, Raja Parkit tetap memendam rindu pada rumah dan rakyatnya. Dari hari ke hari, kicauannya berubah menjadi nyanyian sedih. Raja Parkit pun jatuh sakit. Ia telah kehilangan semangat hidup. Tubuhnya melemah dan tidak lagi bernyanyi.
Melihat keadaan burung kesayangannya, sang raja pun menjadi sangat sedih. Suatu hari, ia melihat tubuh burung itu diam tak bergerak di dalam kandangnya. Dengan perasaan tak menentu, Raja Parkit dikeluarkan dari dalam sangkar untuk dikuburkan.
Saat jasadnya diletakkan begitu saja di atas tanah, Raja Parkit tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Meski dengan kondisi tubuh yang lemah, ia segera terbang tinggi untuk kembali ke hutan dan menemui rakyatnya. Sesampainya di sana, Raja Parkit pun disambut gembira.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Kesuksesan

Alat Pelindung Diri dan Keselamatan Kerja